Featured Post

Super Cleansing Tea, Teh Detox dengan Kandungan Bahan Alami

harianbekasi.com - Teh detox adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada jenis teh yang di klaim memiliki sifat detoksifikasi atau mem...

14.1.11

FITRAH (Sudahkah Aku Menjadi Orang Tua Shaleh?)

Tags


Ayah, Ibu...
Setiap anak yang diturunkan kedunia lahir dalam keadaan fitrah, bukan?

"Kullu mauluudin yuladu alal fitrah. Faawabahu." Setiap anak lahir dengan fitrah, bergantung orangtuanya bagaimana dia dibentuk.

Karena anak lahir dengan fitrah, bukankah berarti tidak satu pun anak ketika lahir berniat menghancurkan masa depannya?
Tidak ada satu pun bayi ketika lahir berniat, "Ah, jika besar nanti, aku mau kena narkoba".
"Ah, jika besar nanti, aku akan hobi tawuran atau kebut-kebutan." Atau pernahkah dia berkata, "Jika besar nanti, aku akan mencuri uang orangtuaku." Ah, jika besar nanti, aku mau membangkang kepada ayah dan ibu."
Adakah anak yang berniat seperti itu. Ayah? Bukankah berarti setiap anak yang diturunkan Allah ke dunia justru pada awaknya cenderung pada kebaikan?.

Namun, mengapa sebagian anak-anak ini yang lahir cantik, rupawan, lucu dan menggemaskan setelah dia beranjak remaja dan dewasa justru menjadi beban keluarga dan menjadi masalah untuk lingkungannya?
Ada apa ini...

Ayah, Ibu...
Karena anak lahir dengan fitrah, sebagian perilaku negatif anak, justru orangtualah penyebabnya. Periksalah, ternyata sebagian anak justru dijatuhkan harga dirinya di rumah, bukan di luar rumah. Sebagian kita mungkin pernah memukul tubuhnya, seolah tubuh anak adalah barang pelampiasan amarah. Sebagian kita mungkin pernah menampar pipinya, seolah dia tempat empuk bagi telapak tangan kita. Sebagian kita mungkin pernah membentaknya, sambil berteriak dalam hati, "Akulah yang berkuasa atas dirimu"

Atau mungkin, kita tak pernah melakukan semua itu? Namun tahukah Ayah dan Ibu, sebagian anak memang tak pernah dipukul, tak pernah dicubit, tak pernah dibentak. Namun, jarang sekali anak yang lolos untuk tidak disalahkan orangtua. Mulai saat membuka mata di pagi hari sampai kembali menutup mata dimalam hari.

Ayah, Ibu...
Karena sebagian anak jatuh harga dirinya di rumah. Tanpa kita sadari, ada sebagian anak yang tak betah berada disamping orang tua. Panas hatinya jika mendengar "ceramah-ceramah" orang tuanya. Overdosis nasihat yang diterima. Lalu, kapankah kita mendengarkan anak?

Ketika seorang kakak hendak mengambil mainan miliknya yang diambil adiknya, kita dengan kekuatan kehakiman yang kita miliki, dengan gagah berkata, "kakak, ngalah dong sama adik!.

Lihatlah pertunjukkan ini, Ayah...
Lihatlah, ketidakadilan ternyata dimulai dari rumah.
Lihatlah, kebenaran ternyata ditentukan oleh faktor usia.
Lalu, kita berdalil, "Adiknya, kan masih kecil." Dalam hati si kakak berkata, Sampai kapan Adik akan dibela?
Kapankah aku meminta lebih dahulu dilahirkan ke dunia? Sungguh, tak enak jadi seorang kakak."

Karena ketidakadilan dimulai dari rumah, ditempat lain sebagian adik pun berkata hal yang sama, "Sungguh, aku pun tak suka jadi seorang adik." Ketika ayah dan ibu tak ada, aku sering dikerjai kakak semuanya."

Ayah, Ibu....
Karena sebagian anak dijatuhkan harga dirinya di rumah, sebagian anak akhirnya tak betah berada di rumah. Rumah baginya hanyalah tempat tidur sementara. Dia lalu mencari harga diri, berkelana mencari surga. Mencari orang-orang yang akan menghargai dirinya.

Wah, ternyata teman-teman gank-nya bisa menghargainya. Lalu, dalam hati dia berkata, "Hmm...ternyata aku dihargai jika aku pamer perkasa." "Aku ternyata perkasa jia mengisap ganja." Aku gembira jika bisa menyusahkan siapa saja.." Lalu, kita pun bersumpah serapah, lingkungan rusak! mereka merenggut anak-anakku!..

Apakah itu yang ingin kita inginkan Ayah, Ibu? Jika tidak, hormatilah jiwa anak-anak kita. Bukan sekedar uang, jajanan, mainan, dan sekolah mahal semata.
Itu semua penting, tetapi perkataan dan perlakuan penuh cinta dari Anda adalah warisan terindah untuk masa depan mereka.

(sumber : Buku Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shaleh? oleh Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari (Khazanah Intelektual) 2010)


EmoticonEmoticon